masih juga pedih itu bersembunyi dibalik senyummu kuterjaga disana mendengarmu ceritamu mengalun bagai angin musim gugur berhembus di senja muram membawa pesan kematian yang menggugurkan dedaunan dengan jahat dan congkak
aku ingin berbaring terlentang disana bagai tanah sepenuh hati menerima jatuhnya dedaunan meski mereka mengoyak dan menghujam tubuhnya
tak mengeluh mendengar gaduhmu mendekapmu menjagamu memberimu sebentuk kehangatan meskipun kau tak meminta
kepada Tuhan kupintakan lilin putih penerang jalanmu jika lilin putih itu adalah aku, aku relakan tubuhku terbakar, berpartisi bersama udara menatapmu dari kejauhan dan tak henti mendoakanmu