Ada senja yang menggantung
menyisakan sedikit isak tangis yang tak ingin kuperlihatkan padamu
kesepian merayap hingga ke tepi telaga hati
seperti awan yang menyembunyikan bumi
membuat sang pujangga merindu…
mungkin nanti sunyi, sepi, sendiri
hawa kehidupan tercekat
dan aku layu seperti bunga kembang sepatu
muda dan segar di pagi hari, malam harinya tersirap dan menua
mendung menggapai pojok-pojok kesunyian
hujan mulai berdentingan di atap dan jendela
menghujam keras tanpa ampun
dan kau tetap berkata, “besok kita kan jumpa”
manakah yang membuatku tunduk?
Kuasa dirimu, Tuan
atau rekayasa amygdala …
diam diam amuk jiwa luntur
meleleh seperti mentega di atas kue
manis dan lembut
dan kupersembahkan semua itu untukmu, rajaku sayang