Lelaki kecil itu berjalan kepadaku dengan lunglai. Aku tak dapat sepenuhnya mengerti pesan yang disampaikan mata kecil yang sedih itu. Mungkin dia letih dengan hidupnya yang serba kekurangan hingga tak dapat membiayai sekolahnya. Mungkin dia benci karena saat ini dia masih harus meminta pada kami, bahkan untuk membayar tiket renang sekalipun.
Aku sedih dan marah. Bukan karena dirinya. Mungkin kepada negara yang mengingkari janji untuk memeliharanya. Mungkin kepada Tuhan, karena tidak menciptakan manusia dengan kondisi ekonomi yang sama. Mungkin pada diriku sendiri, karena hingga saat ini belum mampu berbuat banyak untuk menolong dia dan teman-temannya.
Aku ingin sekali melihatnya tersenyum bahagia, bermain-main, berlari-lari dengan bebas. Mengejar layangan yang putus atau bermain bola dengan teman-temannya. Anak seusianya tidak pantas merasakan beban hidup yang begitu rupa. Anak seusianya tidak perlu bekerja di bengkel seusai sekolah hanya untuk membiayai ongkos angkutan umum untuk pulang-pergi ke sekolahnya.
Aku ingin menangis untuknya, dan untuk anak-anak lainnya dengan jumlah yang tak terhitung banyaknya. Bukan karena aku mengasihani mereka, tetapi aku mengasihani masa depan bangsa ini. Apa jadinya bangsa ini dengan anak-anak yang tidak bahagia?
kamu pagi dan udara adalah hal-hal yang membuatku mencandu sebab, sinyal elektrik melalui labirin gelap itu tak putus-putusnya : berteriak, menukik, dan membakar komando seru yang tertawa nakal
I miss you I want you
lihatlah sudut-sudut kosongku menari hampa bersama angin senja
fill me... marry me... my body and my soul
perlahan kuhisap racun bisamu, hingga aku mati tersedak aksara serupa ekstase yang menggeletarkan setiap inci dari tubuh ini
(pernah dilambungkan pada akulaila.blogdrive.com pada entah)
Aku ingin memiliki seribu topeng Dari wajah lugu hingga wajah genit merayu Sejuta luka dan carut marut hidupku tak perlu mereka tahu Pun belatung yang menggerogoti otakku tak perlu mereka tanyakan
Aku ingin mengakhiri kegelisahan yang tak berkesudahan, yang menari melingkar, berteriak kesetanan dalam benakku Aku ingin dapat membencimu, hingga hatiku beku Dan keberadaanku yang menyakitkan tak terasa lagi
tahukah kau bahwa nuansa malam kerap membawamu? ya... sejuta pendar cahaya (lampu, bintang, rembulan, dan matamu) berbinar menyusup ke dalam hatiku disana, di kedalaman yang sunyi itu, meretas seperti kembang api di malam musim panas
ah, haruskah kukatakan bahwa aku merindukanmu kau dengan segala keangkuhanmu, aku dengan segala kebodohanku, dan dunia dengan segala kemustahilannya
detik-detik itu seolah terpaku dalam ingatanku semua berputar kembali sebelum aku menyadari bahwa cinta ada dalam setiap denyut kehidupanku
boleh saja kau ucap seribu sumpah serapah terhadap si jalang dunia boleh saja tertunduk wajahmu merasa malu atas nilai-nilai mereka boleh saja nadimu tinggal satu jengkal dari kematian
tapi jangan pernah menangisi dirimu meskipun kosong rasanya sebab seperti halnya aku, tangis itu telah habis habis habis
dan katamu : "KAMI AKAN TETAP MELACUR, BU TETAPI DENGAN CARA KAMI SENDIRI"
ada ruang di hatiku yang kubiarkan merongga : untukmu tidak pernah akan ada lagi sebab telah cukup bagiku
aku tidak ingin membakarmu dalam api kemarahanku aku hanya ingin menyimpanmu disana kamu, dan berjuta kenangan manis lainnya yang bahkan kata kata pun tidak dapat melukiskannya
aku hanya ingin terhenti sampai disini memaknaimu seperti ini meskipun terasa separuh kematian bagiku
bercak darah di atas seprai itu, adalah tanda kematianku tak ada lagi hingar bingar percintaan kita semuanya telah kukubur dalam dalam bersama dengan seribu malam bersamamu
tak sedikitpun jejakmu dihembus waktu yang ada hanya detik detik mengumbar sembili dibelakangmu rembulan rapuh menggugurkan serpihan cahaya yang bertebaran manjadi abu
aku berbicara pada malam (kenangan akanku hanya sebuah nostalgi yang usang kini)
apa yang sedang mengkhianati dirinya sehingga ia merasa sama sekali tidak bersalah atas debaran di dadanya yang begitu memukau? apa yang sedang memberi pengakuan sehingga ia merasa begitu lama membuang-buang waktu? apakah hidup diberikan supaya manusia tidak punya pilihan selain berbuat baik?