tepian hari ini bergumam manja lirih hati berbisik pada senja "sampaikan rinduku padanya"
lelakiku, dimanapun engkau rasakanlah imajiku hidup membelaimu, mengecupmu dalam angin musim hujan, seraya memberimu setangkup kebahagiaan. menghujanimu dengan cinta dalam bahasa yang kita pahami
suara suara yang tak kelihatan membimbing kita kau berdiri disana kembali dari perang milikmu kautarik nafas lega dan berkata: "disini kau rupanya" kutersenyum, dan dalam firasat serupa aku tahu kepada siapa baju putihku akan kutanggalkan
kami berjalan ke suatu titik bunga rumput sejenak mendongak dan menutup mata karena silau keraguan itu mencair bagai es diatas tubuhmu isyarat senja bertutur : seluruh alam semesta menginginkan kita bersama tirai senja menembus sosok kita meninggalkan kefanaan
ada bidadari mungil menari di siang hari tertegun aku inginnya kupeluk dan kuajak pulang, kurawat dan kuberi kasih, kuajari langkah pertamanya… dan dia mengajariku terbang
ketika senja tiba, kami duduk di beranda menanti lelakiku dari harinya bidadariku berlari menyambutnya pelukan penuh sayang lebih dari sukup melebur payah kaerna itu menjelaskan semuanya
hingga saatnya bidadariku memiliki sayap yang utuh akan kulepas seraya berdoa tak pernah putusnya rasa haru menyelinap dan bergema di suatu titik, menjelma ucap : Tuhan jaga dia
dunia terhampar luas di hadapanku dan aku terperangkap dalam kotak kecil bernama peradaban
mereka yang tahu kerasnya hidup mereka yang tahu pahitnya racun jalanan, menembus dan bersarang dalam tubuh mungil mereka yang tidur dalam dingin dalam gerobak dan dipayungi terpal saat hujan mereka yang berbelanja dalam remah sampah kota mereka yang berjalan kebingungan namun terkadang merasa puas apa adanya (atau pasrah?)
sebenarnya siapa yang miskin?
mereka atau nona kosmopolit yang tak pernah puas dengan rupa? mereka atau tuan tuan yang memakan rakus harta mereka atau sarjana yang bertahun tahun belajar namun tetap menyisakan sampah berserakan
pilihan dan peran
untukmu yang memiliki kuasa banyak hal dapat kau wujudkan termasuk kesadaran komunal
Separuh hari ini telah lewat, tapi kita masih berbaring diatas rumput berbicara apa saja
bahsa tubuhmu mengatakan : aku tidak perlu khawatir, sebab kau ada di sana dan entah darimana angin itu datang, kisahan singgah dan pamit dibawanya
hidup memanjakan kita
aku sangat bahagia dan ingin memelukmu lalu kubilang : yang kita punya tak akan habis dimakan waktu… gugus-gugus awan berbaris tersenyum mereka membungkus rindu itu dengan pita kesunyian cahaya matahari datang dan mengurainya satu persatu terangkai menjadi kisah kita
hati kita berbisik lirih tanpa kata yang terucap, mereka telah mengerti semuanya…
permisi sebentar, dunia tubuhku telah payah dan aku takut jiwaku padam bisa tolong berhenti sebentar?
Kata kata tidak akan mengeluh bukan pula diam tak bergeming Aku hanya ingin menikmati pojok kosong udara tak dikenal diantara lalu lalang
Sebaris angin merelakan dirinya ditumpangi rasa kesalku Entah mereka pergi kemana Asa itu tak pernah hilang Selalu ada pijakanya diantara bunga liar Jadi kapan kau akan tiba, lelakiku?